Senin, 11 Januari 2016

chapter 3



            Setelah seharian menanti kabar dari Adelia, akhirnya dia membalas pesan dariku. Pesannya berisi permintaan maaf yang entah apa yang dimaksudnya. Lalu aku membalas lagi pesan tersebut. “ada apa del? Aku tidak mengerti maksudmu”. Tetapi adelia tidak membalas kembali pesan dariku. Aku semakin khawatir terhadapnya. Dan pada sore harinya sewaktu aku sedang bersantai dengan keluargaku di ruang keluarga sambil menonton tv, saat itu tepat pada pukul 17.00 WIB kami menonton acara berita. Acara berita tersebut menayangangkan berita mengenai perusahaan tempat Adelia bekerja yaitu PT. Maju Sejahtera. Dari berita tersebut diceritakan bahwa seorang auditor dari KAP menemukan kejanggalan terhadap laporan yang buat auditor internal pada PT. Maju Sejahtera. Pelanggaran terebut berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan audit terhadap laporan keuangan PT. Maju Sejahtera pada tahun buku 31 Desember 2015 yang dijalankan oleh Adelia. Dan selain itu Adelia juga melakukan pelanggaran  terhadap pembatasan dalam penugasan audit yaitu Adelia melaksanakan audit umum terhadap laporan keuangan PT. Maju Sejahtera dan PT. Indah Merpati Jaya serta kepada  Apartement Nuansa Bening mulai tahun buku 2012 hingga tahun 2015.
            Berita tersebut menjabarkan beberapa pelanggaran prinsip kode etik diantaranya yaitu, yang pertama prinsip tanggung jawab karena dalam melaksanakan tugasnya dia (Adelia) tidak mempertimbangkan moral dan profesionalismenya sebagai seorang akuntan sehingga dapat menimbulkan berbagai kecurangan dan membuat ditemukannya dugaan korupsi. Yang kedua prinsip integritas, awalnya dia (Adelia) tidak mengakui kecurangan yang dia lakukan hingga pada akhirnya diperiksa dan dikronfontir keterangannya dengan para saksi. Yang ketiga yaitu prinsip obyektifitas karena dia telah bersikap tidak jujur, mudah dipengaruhi oleh pihak lain. Yang keempat prinsip perilaku professional Karena dia tidak konsisten dalam menjalankan tugasnya sebagai akuntan publik telah melanggar etika profesi. Yang kelima prinsip standar teknis karena dia tidak mengikuti undang – undang yang berlaku sehingga tidak menunjukkan sikap profesionalnya sesuai standar teknis dan standar professional yang relevan. Itulah yang telah dikabarkan acara berita dari salah satu stasiun televisi.
            Hal tersebut membuat hatiku menjadi sedih mendengarnya. Aku pun langsung menghubungi teman teman yang lainnya seperti Dinar, Marsya, dan Assyifa. Mereka pun merasa terkejut dan sedih mendengarnya. Dan kami memutuskun untuk bertemu keesokkan harinya. Kami berniat untuk mengunjungi Adelia. Pada keesokan harinya, kami berkumpul di tempat biasa yang sering kami kunjungi. Disana akulah yang datang paling pertama kemudian dilanjutkan oleh Marsya.
“hei vin, assalamualaikum apa kabar?” sapanya kepadaku
“hei sya, Alhamdulillah baik. Kamu bagaimana?” jawabku
“ vin, aku kaget banget lho denger berita di tv tentang Adelia.. aku sedih dengernya” ucapnya sambil menghela nafasnya
“ sama sya, langsung shock dengernya. Selama ini Adelia juga ga pernah cerita apa-apa walaupun kita ibaratnya satu pekerjaan” jawabku dengan perasaan sedih
“ oh iya vin, yang lain pada kemana?”
“ belum pada datang sya, masih pada dijalan. Coba aja kamu cek grup di whatsapp”
“oh iya nih, Dinar bentar lagi katanya mau sampai”
Tak lama kemudian Dinar pun datang dengan wajah sedihnya.
“vin, syaaa…………………. Adeliaaaaaaaa kenapaaaaaa?” teriaknya dengan kencang
“iya nar, kita juga semua kaget dengernya” jawabku
“yuk, sekarang aja yuk kita ke rumahnya Adelia. Aku ga sabar pengen tahu apa yang terjadi sama dia……. Pasti dia sekarang lagi merasa kebingungan sekali. Aku kasihan padanya” ujarnya tanpa henti
“sabar nar, syifa aja belum datang” jawab marsya
“iya tapi………”
“udah mendingan kita pesan minum dulu biar rileks. Lagian syifa belum datang juga” kata marsya
“iya bener juga yaaa” jawab dinar
Beberapa menit minuman datang, syifa pun akhirnya tiba juga.
“ Hai, teman – teman. Maaf yaaaa…….. aku telat ya?” terengah – engah
“ as always ya kamu…………” sambung dinar
“iya maaf ya….. tadi ada masalah sedikit dirumah”
“iyaa, gapapa kok” jawabku
“terus gimana jadinya” Tanya assyifa
“yaudah, mending sekarang aja yuk kita langsung ke rumahnya” ujar dinar
Akhirnya kami pun langsung menuju rumah Adelia menggunakan taksi.
            Sesampai dirumahnya, kami tidak bisa bertemu dengan siapa – siapa. Ruhamnya terlihat sepi, seperti tidak ada tanda kehidupan didalamnya. Kami pun berinisiatif untuk bertanya kepada tetangga dekat rumah Adelia. Dan jawaban mereka juga tidak jelas, kami tidak dapat informasi apapun dari mereka. Kami sangat kebingungan. Entah harus bertanya kepada siapa lagi untuk mencari keberadaan Adelia.
“ duh….. kemana ya Adelia? “ Dinar dengan paniknya.
“tenang nar, kita harus calm down kalau kalau berada di situasi seperti ini. Jangan panic. Nanti kalau kamu panik semuanya juga ikut panik” jawab marsya dengan tenang
“ tapi kita sudah cari dia sampai tanya tetangga sana sini, belum juga dapat informasi apa – apa”  keluhnya
Sebenarnya aku juga merasakan kekecewaan yang dirasakan oleh dinar. Dan berfikir sebenarnya apa salah kita. Kita hanya ingin mensupport dia dan menenangkan Adelia agar perasaannya tidak buruk. Setidaknya kami ingin selalu ada untuknya karena kami adalah sahabat yang tidak hanya ada jika dia bahagia tetapi mau merangkul dan mensupportnya jika dia berada dalam kesusahan ataupun ada masalah. Tapi kenapa untuk mencarinya saja susah sekali. Tapi mungkin Adelia seperti itu karena dia mempunyai alasan. Mungkin saja dia sedang sibuk mengurus masalahnya atau mungkin dia butuh ketenangan. Dan karena sudah malam kami pun segera pulang ke rumah masing- masing karena ke esokkan harinya kami harus menjalankan rutinitas kami untuk bekerja seperti biasa.
“yaudah, aku pulang duluan ya, takut kalau kemaleman”  ucap marsya dengan wajah lelahnya
“iya, sama aku juga ya… kayaknya kita buang – buang waktu saja menunggu di depan rumahnya” sambung assyifa
“yasudahlah, kamu mau pulang bareng aku gak vin?” tanya dinar
“mau nar, aku gak ada barengan nih” jawabku
“yaudah sampai ketemu lagi ya, nanti kabar – kabaran lagi deh buat jenguk Adelia” ujar marsya
“oke, biar nanti aku yang coba menghubungi Adelia ya….” sambung Dinar
“yaudah yuk nar, sampai ketemu nanti ya teman – teman” ucapku sambil melambaikan tangan
“iyaa vin, sampai ketemu lagi yaaa..... bye - bye………” ujar Marsya sambil berjalan dengan bedan beda  arah.
“hati hati ya kalian…” ucap assyifa
Kami pun akhirnya pulang kembali kerumah masing – masing. Namun kami masih ramai di grup whatsapp kami untuk merencanakan kembali menjenguk Adelia.
Tiba – tiba Dinar memberi kabar, bahwa dia sudah mendapatkan kabar dari Adelia.
“eh teman – teman, aku sudah dapat kabar nih dari Adelia” ujarnya di grup
“yang bener nar? Jawab kami semua dengan serius
“iyaa, serius. Dia membalas pesanku tadi saat aku sedang mandi”
“apa nar katanya?” ucapku di grup whatsapp
“iya, dia menyampaikan salam untuk kalian semua, dan permintamaafannya” kata dinar
“dia lagi ada di bogor, untuk menenangkan dirinya sebelum hukum menjeratnya” kata dinar lagi.
“yaudah besok epulang kerja kita langung ke bogor aja yuk, aku bawa mobil kok” sambungku
Dan semuanya setuju dengan rencanaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar