Senin, 11 Januari 2016

chapter 4



            Keesokkan harinya setelah sepulang dari kerja kami janjian kembali di tempat biasa kami biasa melepas rindu. Jam 17.00 WIB kami sudah berkumpul ditempat tersebut. Dan kami pun tanpa basa basi langsung menuju Bogor tempat Adelia. Sebelumnya Dinar sudah memberi tahu Adelia bahwa kita akan mengunjunginya. Jadi sepertinya tidak ada miss communication lagi.  Saat diperjalanan kami saling share pekerjaan kami. Jika di piker-pikir ternyata situasi seperti ini yang bisa membuat kami berkumpul kembali.
            Dua jam perjalan kami ke Bogor melewati macetnya Jakarta akhirnya kami tiba di tempat Adelia. Namun, tak disangka disana sudah banyak orang yang kelihatannya seperti dari kejaksaan karena mereka membawa berkas – berkas yang ada di tempat itu. Dan juga banyak sekali wartawan yang ingin sekali meliput kejadian tersebut. Tanpa pikir panjang kami langsung masuk ke rumah tersebut dan mencari dimana Adelia. Untuk masuk ke rumah Adelia tinggal saat itu pun penuh perjuangan. Kami berempat dikelilingi oleh para wartawan untuk diwawancarai. Namun kami semua akhirnya dapat masuk ke rumah tanpa harus terjebak oleh wawancara dari berbagai wartawan.
            Dan akhirnya kami menemukan Adelia yang berdiri lemas, melihat orang – orang yang dari kejaksaan mengambil berkas – berkas di rumah itu. Dan kami melihat Adelia dibawa oleh para petugas dari kejaksaan untuk diselidiki lebih lanjut. Kami hanya bertemu dengan Adelia sebentar untuk dapat menguatkannya dan mensupportnya. Kami pun berjanji akan datang selalu dalam persidangan Adelia nanti.
            Tak henti – hentinya ibu Adelia menangis ketika anaknya di bawa petugas dari kejaksaan.
“anakku….. pak…… jangan bawa anakku….. aku yakin dia tidak bersalah” tangisnya dengan pilu
“maaf bu, tapi kami harus membawa anak ibu, ini perintah” jawan tegas sang petugas
“iya bu, lebih baik kita pasrahkan saja sama Allah. Mungkin jalannya memang harus seperti ini. Semoga semua baik – baik saja” Dinar menguatkan ibunya
“Sabar ya bu… tolong jangan menangis di depan Adelia bu, kasihan nanti Adelia ikut sedih kalau ibu mengangis. Kita di sini harus bisa menguatkan dia bu” sambung assyifa
“tenang saja bu, kita serahkan saja kepada yang berwenang. Sebisa mungkin kita juga akan bantu Adelia kok bu” jawabku
“ayahku punya seorang teman pengacara, dia sangat handal. Nanti aku coba bantu bicara ya bu” ucap Marsya
“Terima kasih banyak ya semua, kalian memang sahabat – sahabat yang baik untuk Adelia. Tolong maaafkan Adelia ya jika dia punya salah sama kalian”
“sama – sama bu, kami akan selalu ada buat Adelia kok bu…” Jawabku sambil memeluk ibunya
Dan tibalah saatnya persidangan pertama Adelia dimulai, sesuai janji kami berlima aku, Dinar, Marsya dan Assyifa datang untuk menemani persidangan Adelia. Tak ketinggalan, ibu Adelia pun datang untuk menemani anak yang disayangnya tersebut. Dan sampai sidang terakhir pun kami semua setia untuk menemani Adelia. Sedih rasanya saat hakim mengetuk palu dan Adelia dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Memang dari bukti – bukti yang ada menguatkan bahwa Adelia bersalah. Semoga dari masalah ini kita semua bisa mengambil hikmahnya. Termasuk aku sendiri. Saat itu kami juga sering mengunjungi Adelia di rutan dan membawakan makanan kesukaannya. Tampak beda sekali saat dia berada dalam rutan. Dia menjadi lebih kurus dan tidak mempunyai semangat. Tapi kami selalu menguatkan dan mensupportnya agar dia nanti bisa bangkit kembali dan tersenyum.
            Tiga tahun berlalu kami sudah mempunya pasangan hidup masing – masing. Namun dari kami berlima hanya Marsya dan Adelia yang belum mendapatkan pasangan hidup mereka. Adelia sangatlah wajar jika dia belum mendapatkan pasangannya. Namun, marsya sepertinya dia mempunyai kekhawatiran sendiri dalam urusan pasangan hidupnya.
            Ketika sepulang dari kerja, aku melihat sebuah surat di atas meja tamu ku. Lalu saat aku dekati ternyata itu adalah sebuah surat undangan. Langsung saja ku buka surat tersebut. Ternyata surat tersebut adalah dari Marsya. Dengan rasa bahagia dan terharu aku membacanya akhirnya Marsya menemukan pasangan hidupnya juga. Seketika grup whatsapp kembali ramai dengan topic “marsya akhirnya menikah” Marsya pun dalam grup tersebut masih malu – malu. Kami merasa sangat surprise dan gembira. Tidak sabar menunggu datangnya hari dimana marsya nanti akan memakai gaun pengantin. Pasti dia cantik banget……  di grup whatsapp tersebut kami terus menggoda marsya. Tapi kami juga masih merasa sedih karena Adelia yang masih ada di rutan dan tidak bisa menyaksikan dan hadir di hari bahagia kami. Meski begitu aku tetap menjadi auditor karena itu adalah cita citaku. Dan aku belajar dari kasus yang dihadapi Adelia. Aku akan menjadi auditor sesuai dengan tanggung jawab dan integritas yang aku punya. Aku berjanji pada diriku sendiri agar tidak membuat keacurangan apapun karena itu dampaknya akan sangat merugikan diri sendiri maupun di sekitar kita. Dan untungnya aku mempunyai suami yang mendukungku dan selalu menegurku ketika aku khilaf melakukan kesalahan.
            Dan beberapa bulan Adelia akan keluar dari rutan. Perusahaan tempat Adelia bekerja sudah ditutup. Perusahaan tersebut memiliki masalah. Rumor yang beredar perusahaan tersebut memiliki kasus yang sama dengan kasus enron yang terjadi pada tahun 2001 silam. kebangkrutan perusahaan tersebut disebabkan terganggunya proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun. Hal ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik, maka tidak akan ada perdagangan. Terjadinya penurunan nilai rating investasi perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar $13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan karena terdapat banyak special purpose entity (SPEs) dan kerjasama yang tidak tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan nilai ekuitas perusahaan jatuh. Pada kasus tersebut lembaga – lembaga ekternal pun ikut bertanggung jawab.
            Beberapa bulan berlalu, akhirnya Adelia keluar dari tempat yang menakutkan tersebut. Aku melihat senyum Adelia dan tangis bahagia karena dia sudah bebas. Rasanya lega sekali. Walaupun kami sudah mempunya keluarga kecil masing – masing kami tetap mempunyai waktu untuk berkumpul dan sharing. Tiba – tiba saat kami tengah asyik mengobrol
”temen – temen, tau gak aku bawa apa untuk kalian?” bisik Adelia penuh teka – teki
”apa del ? apaaaa?” tanyaku penasaran
”tadaaa!!” dikeluarkannya undangan pernikahan
”adelllll.................... kamu mau nikah? Kok gak cerita sih?” ujar Marsya sambil cemberut
”iyaa dong kan biar surprise.....” jawab Adelia bahagia
”Adelllllll kita seneng banget dengernya, selamat yaaaaaa” ujar Dinar terharu
Akhirnya kami pun  hidup bahagia bersama keluarga kecil kami.


-SEKIAN-

note: Cerita ini hanya fiktif belaka, demi memenuhi tugas perkuliahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar